Kapan & Bagaimana Sleep Training Anak

 Sleep training (latihan tidur) adalah proses anak belajar tertidur oleh diri mereka sendiri. Bagaimana dan kapan anak mulai bisa melakukan sleep training? Menurut Dr Schwartz, anak dapat melakukan sleep training saat usia 4 bulan. Ibu dapat melakukan penyapihan (night weaning) dan sleep training secara bersamaan. Hal ini bertujuan agar anak tidak perlu terbangun di mlaam hari untuk minum susu. Ibu memastikan anak telah cukup makan atau minum susu sebelum berangkat tidur.

Photo by Igordoon Primus on Unsplash

Kapan Anak Dapat Sleep Training?

Usia 4 sampai 6 bulan, siklus hormonal yang mengatur siklus bangun-tidur bayi sudah mulai matang. Anak juga dirasa cukup besar untuk bisa menenangkan diri. Waktu yang diperlukan untuk sleep training ini bisa bervariasi, antara tiga sampai empat malam tergantung konsistensi orang tua.


Apakah Sleep Training Aman?

Terdapat banyak penelitian tentang sleep training dan belum ada bukti bahwa hal ini tidak baik untuk fisik dan psikologis anak. Anak yang sleep training memiliki kualitas tidur yang baik, seperti tidur lebih teratur, tidur lebih lama, tidur tidak terganggu, dan mood orang tua juga terjaga.


Apa yang Perlu Dikonsultasikan pada Dokter?

Jika orang tua belum yakin dengan usia anak yang tepat untuk melakukan sleep training atau waktu yang diperlukan untuk sleep training, maka orang tua dapat berkonsultasi terlebih dahulu.


Apa saja Metode Sleep Training?

Tujuan sleep training adalah mengajari anak bahwa ia mampu terlelap sendiri tanpa perlu digendong atau diayun. Untuk teknik atau metode yang digunakan beragam, hal ini disesuaikan dengan respon anak kita. Berikut beberapa metode yang umum digunakan.


1. Cry It Out (Menangislah)

Cry It Out (CIO) adalah salah satu metode yang paling terkenal. Tentu menangis bukanlah suatu keharusan dalam latihan ini. Orang tua atau pengasuh dapat memastikan bahwa box tidur telah aman, popok persih, sirkulasi udara baik, suhu ruangan sesuai, anak kenyang, dan ia sudah siap untuk berangkat tidur. Kita mengucapkan selamat tidur, menurunkan intensitas cahaya lampu, dan meninggalkannya. Malam pertama sampai kedua adalah yang paling sulit, namun metode ini cepat berhasil. Jika orang tua khawatir, maka kamera pengawas dapat diletakkan di kamar anak.


2. Metode Ferber (Keluar-Masuk)

Jika metode sebelumnya anak ditinggalkan, maka metode Ferber ini orang tua keluar-masuk untuk menengok anak sambil memberi semangat satu atau dua kata dengan jeda yang berbeda. Contohnya orang tua masuk pada menit ketiga, kelima, lalu kesepuluh semakin lama. Kita juga dapat mengatakan "selamat tidur/ sayang adik/ semangat". Hanya sekedar menengok dan tidak memegangi. Beberapa anak berhasil dengan metode ini dan beberapa yang lain kesal karena orang tua keluar-masuk. Oleh karena itu, beberapa orang tua juga menggabungkan metode Ferber dengan CIO.


3. Pick-up & Put-down (Angkat & Letakkan)

Untuk metode ini, orang tua menggendong anak sebentar saat ia menangis. Tidak perlu terlalu lama menggendong. Ketika anak telah tenang, orang tua meletakkannya kembali ke box tidur. Metode ini akrab digabungkan dengan Metode Ferber.


4. Metode Kursi

Metode ini mirip dengan Metode Ferber karena melibatkan interval bertahap. Orang tua duduk di dekat box. Setiap malam, orang tua duduk menunggu bayi mereka tertidur. Kursi akan digeser semakin jauh setiap beberapa malam. Metode ini memerlukan waktu lebih lama dan membingungkan untuk anak. Mengapa orang tua mereka duduk tanpa melakukan apa-apa pada saat itu?


5. Menggeser Jadwal Tidur

Ini bukan metode sleep training tetapi dapat dilakukan saat kita ingin menerapkan jadwal tidur yang sesuai. Contohnya kita rewel selama 30 menit saat ditidurkan jam 07.00. Kita dapat menggeser dahulu jadwal tidurnya menjadi 07.30 dan jam 07.15 di hari berikutnya sampai mendapatkan jadwal tidur awal.


Sleep training ini memerlukan konsistensi dan kesabaran. Kita dapat menerapkan kiat-kiat berikut untuk membantu anak dalam transisi kebiasaan tidur.

  • Memberi kebiasaan awal sebelum tidur, seperti membacakan buku, memberi makan yang kenyang dan lain sebagainya.
  • Tidur dengan jadwal yang konsisten. Anak tidak mengerti konsep waktu, namun ia dapat menerka hal yang akan terjadi berikutnya. Dengan kegiatan yang terjadwal, ia akan akan mengetahui bahwa ia akan segera ditidurkan.
  • Tidak hanya satu metode. Jika orang tua dapat mengkolaborasikan lebih dari satu metode itu sah. Dua atau tiga tidak masalah karena orang tua lebih mengetahui respon anak.
  • Tidak perlu panik saat anak anda menangis selama tempat tidurnya aman. Orang tua dapat mensiasati dengan melihat melalui kamera pengawas atau lubang untuk memastikan ke khawatiran kita tidak nyata.
  • Percaya diri. Anak akan menangkap perasaan yang orang tua pancarkan. Saat kita percaya diri, ia akan merasa hal yang kita lakukan itu aman dan baik untuknya.
Baca juga: 

Kesimpulan


Kapan dan bagaimana sleep training anak dilakukan dapat orang tua konsulkan kepada dokter. Usia yang tepat dan kendala yang mungkin terjadi dapat disesuaikan dengan kondisi masing-masing individu. Tidak masalah, jika sleep training dilakukan lebih lama selama orang tua konsisten dan sabar.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel