Pengalaman Mengajar di Negara Tetangga ǀ Negeri Jiran Malaysia
Wednesday, December 11, 2019
Gambar 1.1. Rekan Mengajar Kelas Sains Sesi Petang |
Bagaimana kabar anda hari ini? Semoga hari anda penuh warna dan kebahagiaan. Pada kesempatan ini, saya akan berbagi cerita perjalanan saya mengajar di sekolah tingkat SMA-sederajat di Johor Bahru. Malaysia. Kita akan lebih fokus membahas tentang kultur budaya mengajar, pendidikan, kultur siswa, guru, dan masyarakat sekitar sekolah.
Tentu, saya hanya akan bercerita hal fakta yang ada. Bagaimana dengan rahasia lainnya? Ini akan bersifat subjektif nantinya, karena dinilai dari perspektif saya. Tapi, ayolah! daripada tidak sama sekali.
Dimulai dari praktik kerja lapangan (PKL) mengajar kampus saya. Saya berkesempatan memilih sekolah tempat mengajar disana. Kegiatan ini dilaksanakan
pada tanggal 02 – 27 September 2018. Tepat dua puluh enam hari saya tinggal dan mengajar disana. Memang tidak benar-benar penuh saya mengajar karena banyak hari libur.
Saya tidak sendirian. Saya berangkat bersama sembilan mahasiswa dari berbagai program
studi pendidikan di fakultas saya, yaitu MIPA.
Program kerjasama ini telah memasuki tahun kedua di Universitas saya. Setelah
sampai di tujuan, saya juga dipertemukan dengan mahasiwa Indonesia lainnya yang mengikuti kegiatan ini.
Minggu, 02 Setember 2018, saya dan delapan rekan
saya diterima sebagai pelajar sit-in di salah satu Universitas
di Malaysia. Kemudian, kami ditugaskan praktik mengajar oleh dosen disana pada sekolah yang terpisah. Hal ini dilakukan agar kami memiliki
pengalaman yang berbeda.
Sekolah Menengah Kebangsaan (SMK), begitulah
nama satuan pendidikan di Malaysia. Jika di Indonesia SMK adalah Sekolah Menengah
Kejuruan, berbeda halnya dengan di sana. SMK di Malaysia ini terdiri
dari Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK). Semua jenjang sekolah menengah digabung menjadi satu dengan sebutan
Sekolah Menengah Kebangsaan (SMK).
Gambar 1.2. Laboratorium Fisika SMK Tunku Abdurrahman Putra Kulai |
LAMA STUDI
Murid Sekolah Menengah Kebangsaan (SMK) menempuh
waktu belajar lima tahun lamanya. Mereka juga perlu sekolah bahasa selama satu tahun sebelum masuk SMK. Hal ini dilakukan ketika murid memiliki kesulitan dalam berbahasa melayu yang merupakan bahasa resmi di sekolah. Setelah selesai menempuh sekolah lima tahun, murid belum sepenuhnya
selesai. Terdapat satu tahun sekolah lagi untuk persiapan masuk Universitas (pre-university).
Sekolah dibagi menjadi lima tingkatan. Tingkatan satu, setara dengan murid kelas
tujuh di Indonesia. Begitu seterusnya sampai murid tingkatan lima. Murid dengan beberapa angkatan dalam satu sekolah tentu memiliki kendala dalam masalah ruang kelas. Murid
tingkat empat, lima, dan pre-university akan masuk sekolah pukul delapan pagi dan
pulang pukul satu siang. Dan murid tingkat satu, dua, dan tiga akan masuk sekolah pada sore hari setelahnya.
Murid tingkatan empat, lima ini juga tidak semua sama. Terdapat kelompok tingkatan yang mirip dengan kejuruan dan
sains. Istilah sains merujuk pada murid SMA biasa di Indonesia dan teknik merujuk pada murid SMK di Indonesia.
Jadi, pada SMK terdapat murid tingkat satu, dua,
tiga, empat sains, empat teknik, lima sains, lima teknik, dan pre-university.
SERAGAM MURID DAN GURU MALAYSIA
Murid di sana menggunakan seragam dengan model
yang berbeda dan warna berbeda. Murid Malaysia yang muslim memiliki kewajiban
memakai tudung atau jilbab, walaupun sekolah tersebut bukan sekolah islam. Model baju putri yang digunakan adalah rok panjang dan baju panjang model tunik selutut. Sedangkan murid putra, menggunakan celana panjang lengkap
dan peci.
Murid non-muslim memiliki model baju yang berbeda. Murid putri non-muslim menggunakan baju lengan pendek dengan luaran rok sandatan selutut. Sedangkan, murid putra non-muslim menggunakan baju yang sama dengan murid putra muslim hanya saja tanpa peci.
Murid non-muslim memiliki model baju yang berbeda. Murid putri non-muslim menggunakan baju lengan pendek dengan luaran rok sandatan selutut. Sedangkan, murid putra non-muslim menggunakan baju yang sama dengan murid putra muslim hanya saja tanpa peci.
Berbeda hal dengan murid pre-university. Murid pre-university tidak menggunakan seragam lagi. Mereka telah diperbolehkan memakai baju bebas, walaupun tetap belajar di lingkungan sekolah yang sama.
Guru di Malaysia biasa menggunakan baju kurung bebas dan
tidak ada baju seragam khusus, seperti baju dinas. Guru juga memiliki hari tertentu untuk memakai baju adat Malaysia. Rata-rata baju yang
digunakan guru putri adalah rok panjang dengan luaran baju panjang selutut (baju kurung).
ETNIS MURID DAN GURU DI MALAYSIA
Murid di Malaysia terdiri dari tiga etnis. Pertama,
murid etnis Melayu yang mayoritas muslim dan mirip dengan orang Indonesia. Kedua, murid etnis Tiongkok. Beberapa murid etnis Tiongkok fasih
dalam berbahasa melayu dan beberapa juga sedikit kesulitan. Dan ketiga, murid etnis
India. Murid dari etnis India juga memiliki latar belakang yang hampir sama
dengan murid etnis Tiongkok dalam segi bahasa.
HARI LIBUR SEKOLAH
Murid di Malaysia memiliki dua hari libur yaitu,
hari Kamis (Khamis) dan hari Jumat (Jumaat). Beberapa murid akan tetap tinggal
di asrama atau dijemput pulang oleh orang tua. Murid di Malaysia tidak ada yang
mengendari sepeda motor (basikal) ke sekolah. Jika sekolah memiliki anggaran
dan lahan, maka sekolah mendirikan asrama untuk murid dengan beberapa
persyaratan masuk, seperti tes asrama.
Gambar 1.3. Sekolah Menengah Kebangsaan Tunku Abdurrahman Putra Kulai, Johor-Bahru, Malaysia |
KEGIATAN SEKOLAH
Murid-murid juga memiliki serangkaian aktivitas
sekolah seperti organisasi, koperasi, perpustakaan, dan ekstrakulikuler. Murid
yang mendapatkan tugas tertentu di sekolah, diwajibkan menggunakan seragam yang
berbeda warna.
Koperasi sekolah dan perpustakaan sekolah dijaga oleh murid.
Murid yang menjaga perpustakaan dan koperasi di waktu pagi hingga siang adalah
murid yang memiliki kelas di waktu sore. Dan mereka melakukan gilir dalam melaksanakan tugas tersebut.
Ekstrakulikuler yang diadakan sekolah juga beragam.
Beberapa sekolah memiliki kebijakan dengan mengadakan ekstrakulikuler murid di
awal jam pelajaran agar penyelenggaraannya maksimal dan murid dapat mengikuti kegiatan tanpa alasan yang tidak jelas.
Upacara bendera di Malaysia jarang dilakukan. Setiap hari tertentu terdapat acara ceremonial,
murid berbaris dan guru memberikan pidato di lapangan. Guru hanya memberikan arahan, himbauan, dan nasehat kepada murid-murid. Tidak ada serangkaian upacara bendera seperti di Indonesia.
ADMINISTRASI GURU
Kelengkapan administrasi guru memiliki kemiripan
hanya saja Malaysia memilih untuk meringkas rencana pelaksanaan pembelajaran
(rpp). Program tahunan dan program semester tetap
ada di Malaysia.
GAJI GURU
Gaji yang diberikan sebagai guru baru di Malaysia setara
S1 dapat mencapai sampai Rp 30 juta per bulan. Hal ini juga berbanding lurus
dengan biaya hidup dan kurs mata uang. Terlebih gaya hidup di
Malaysia berbeda dengan Indonesia.
Pengalaman mengajar saya selama satu bulan di negara tetangga memberikan literasi pengajaran bagi saya.